Jenis-Jenis Tanah di Indonesia
Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.
Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.
Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Ke enam bentuk tersebut adalah:
a. Granuler (Granular), yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
b. Gumpal (blocky) ada 2 yaitu Gumpal Bersudut (Angular Blocky) dan Gumpal Membulat (Sub Angular Blocky), gumpal bersudut yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut bersudut tajam untuk gumpal bersudut ditemukan pada horizon B di daerah iklim basah, Gumpal Membulat yaitu gumpal tanah yang berbentuk gumpal membulat, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut - sudut membulat ,ditemukan pada horizon B di daerah iklim basah.
c. Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical (tegak lurus ) lebih besar daripada sumbu horizontal (Datar) dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
d. Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
e. Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat.
f. Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
Tanah yang terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur remah atau granular di tanah lapisan atas (top soil) yaitu di horison A dan struktur gumpal di horison B atau tanah lapisan bawah (sub soil).
Bencana sangat memengaruhi aktivitas dan kehidupan sehari-hari manusia berupa dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu bencana dapat memberikan keberkahan, sebaliknya dampak negatif dapat memberikan kerugian bagi kehidupan manusia. Beberapa dampak bencana yang memengaruhi kehidupan manusia sebagai berikut:
Wilayah-wilayah di negara kita terdampak bencana yang sangat beragam. Keberagaman bencana tersebut dikategorikan menjadi tiga yaitu bencana alam, non alam, dan sosial. Berdasarkan UU No. 24/2007, jenis-jenis bencana di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut.
Gelombang dari tengah laut yang menghantam wilayah pesisir dengan kecepatan lebih dari 900 km/jam disebut tsunami. Bencana ini diakibatkan oleh beberapa hal seperti letusan gunung api di laut, runtuhan di dasar laut, atau gempa bumi akibat pergerakan lempeng di dasar laut. Ketika gelombang laut tiba di muara sungai, pantai yang dangkal, atau teluk, maka kecepatannya akan menurun. Sedangkan kekuatan merusak dan ketinggiannya meningkat hingga puluhan meter (BNPB, 2017).
Gambar 4.5. Dampak Tsunami di Palu
Sumber: Kompas.com/Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kemen PUPR (2018)
Aktivitas tektonik merupakan fenomena yang berkaitan dengan aktivitas gunung berapi. Aktivitas tersebut mengakibatkan adanya deretan gunung api (volcanic arc) yang membentang dari barat hingga timur mulai dari sepanjang pulau Sumatra, Jawa-Bali-Nusa Tenggara, utara Sulawesi-Maluku, hingga Papua. Kondisi tersebut menyebabkan negara kita rentan terdampak bencana gempa bumi dan erupsi gunung api.
Fenomena proses keluarnya magma dari dalam bumi berupa material cair dan padat ke permukaan bumi disebut bencana letusan gunung berapi. Material-material tersebut meliputi lahar, bom, awan panas, debu vulkanik, dan lapili. Fenomena ini ditandai adanya getaran gempa kecil, perubahan suhu yang meningkat, layunya tumbuhan di lereng gunung, bermigrasinya binatang, keringnya mata air, dan suara gemuruh yang sering terdengar (Sinartejo, 2019)
Gambar 4.6. Awan Asap dan Abu Saat Gunung Semeru Meletus di Indonesia
Sumber: ria.ru/docs/about/copyright_afp.html.Agus Harianto (2021)
Keadaan kelangkaan air dari sumber hujan pada periode tertentu, satu atau lebih musim penghujan, yang menyebabkan kekurangan air di berbagai kegiatan, lingkungan, atau masyarakat tertentu disebut bencana kekeringan (UNISDR, 2019). Bencana alam ini terjadi secara perlahan, berlangsung lama hingga musim hujan tiba, berdampak sangat luas, serta bersifat lintas sektor (sosial, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain). Di Indonesia kekeringan dikenal dengan sebutan kemarau yang ditandai dengan mengeringnya sungai, danau, waduk, dan hilangnya keanekaragaman hayati (Hermon, 2018).
Gambar 4.9. Bencana Kekeringan
Sumber: nationalgeographic.grid.id (2015)
Penyebutan angin puting beliung berbeda-beda di setiap daerah, misalnya orang Jawa menyebutnya Angin Puyuh, sedangkan di Sumatra menyebutnya Angin Bahorok. Terdapat istilah lain di negara Amerika Serikat, yaitu tornado. Bencana angin puting beliung ini sulit diprediksi kapan akan terjadi.
Intensitas fenomena hidrometeorologis yang meningkat pada musim pancaroba (peralihan) mengakibatkan bencana puting beliung. Angin ini merupakan bagian proses pertumbuhan dari awan cumulonimbus yang muncul akibat intensifnya pemanasan. Ancaman fenomena skala lokal ini sulit diprediksi (BNPB, 2017).
Masyarakat lebih banyak mengetahui jenis bencana alam dibandingkan bencana lain di sekeliling kita yang disebabkan oleh faktor non alam. Bencana non alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa non alam, seperti kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, dan epidemi atau wabah penyakit. Berikut akan diuraikan karakteristik dari masing-masing bencana tersebut:
Kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, atau kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri. Bencana teknologi terdiri dari tiga kelompok, yaitu: 1) kecelakaan industri. Contoh: tumpahan barang kimia, runtuhnya infrastruktur dari industri, ledakan, kebocoran gas, keracunan, dll.; 2) kecelakaan transportasi, seperti kecelakaan udara, jalan, atau air yang berhubungan dengan alat transportasi; 3) kecelakaan lainnya, seperti runtuhnya domestik. Contoh bencana kegagalan teknologi di Indonesia adalah jatuhnya pesawat Adam Air KI 574 pada 1 Januari 2007, selain disebabkan oleh cuaca buruk, jatuhnya pesawat juga disebabkan karena kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS) dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.
Modernisasi adalah upaya yang bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap modern, baik oleh rakyat maupun oleh elite penguasa (Rosana, 2015). Jadi kegagalan modernisasi dapat diartikan sebagai kegagalan masyarakat dalam mengejar ketertinggalan dari masyarakat paling maju yang hidup berdampingan dengan mereka dalam periode historis yang sama dalam lingkup masyarakat global. Kemiskinan merupakan contoh dari bencana kegagalan modernisasi.
Epidemi adalah suatu penyakit yang menyebar dengan cepat ke wilayah atau negara tertentu dan mulai memengaruhi populasi penduduk di wilayah atau negara tersebut. Contoh epidemi yang pernah terjadi di Indonesia yaitu flu burung (H5N1) pada tahun 2012 (Marcelina, 2012). Selain itu, wabah penyakit yang lebih meluas juga bisa menjadi bencana non alam yang kita kenal sebagai pandemi dimana wabah penyakit meliputi daerah geografis yang luas meliputi seluruh negara atau benua.
Salah satu contoh kasus bencana ini yaitu pandemi Covid-19. Secara global, negara terdampak Covid-19 sebanyak 226 negara, jumlah terkontaminasi 248.467.363 orang, dan jumlah meninggal sebanyak 5.027.183 orang. Data tentang Covid-19 di Indonesia, jumlah positif Covid-19 sebanyak 4.247.320 orang, jumlah pasien sembuh sebanyak 4.092.586 orang, dan jumlah meninggal sebanyak 143.519 orang (Wicaksono, 2021).
Gambar 4.12. Covid-19
Sumber: freepik.com/sebdeck (2020)
Kemajemukan bangsa yang memiliki ragam etnis, agama, bahasa, dan budaya menjadi ancaman jika perbedaan pendapat dan sudut pandang tidak menemukan jalan tengah. Apabila tidak dapat diredam, maka bencana sosial berwujud konflik dan aksi teror pun tidak dapat dielak. Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi kerusuhan atau konflik sosial antar kelompok maupun antar komunitas masyarakat, dan teror disebut bencana sosial. Terdapat beberapa karakteristik dari masing-masing bencana tersebut.
Sebagai gejala sosial, kerusuhan atau konflik sosial merupakan peristiwa yang seringkali tak dapat dihindari kejadiannya di masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, setiap individu atau kelompok mempunyai keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, kekuasaan, prestise, maupun dukungan sosial yang mungkin berbeda satu dengan yang lain. Jika dalam suatu kondisi tertentu dihadapkan secara bersama, maka dapat menimbulkan konflik. Suatu kondisi huru-hara berlangsung, kerusuhan, perang, atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, atau pun organisasi disebut kerusuhan atau konflik sosial (BNPB, 2012).
Gambar 4.13. Kerusuhan
Sumber: wikiwand.com (2009)
Suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengganggu danmeng ancam kehidupan manusia dari faktor alam atau non alam sehingga mengakibatkan kerugian disebut bencana. Dampak bencana ialah terjadi banyak kerugian. Kerugian atas bencana tidak hanya berupa kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan, tetapi juga dampak psikologis yang dirasakan manusia dan adanya korban jiwa (ADDRN, 2010).
Faktor alam (natural disaster) disebabkan fenomena alam yang mengganggu keseimbangan ekosistem tanpa ada campur tangan manusia. Faktor manusia atau sosial (man-made disaster) disebabkan karena tindakan atau kelalaian manusia. Bencana karena faktor non alam (non-natural disaster) disebabkan oleh suatu hal yang bukan dari akibat peristiwa alam maupun perbuatan manusia, seperti gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit., gagal modernisasi, dan wabah penyakit.
Dinamika bencana memengaruhi besar dan kecilnya dampak yang ditimbulkan. Dinamika bencana terjadi karena integrasi beberapa aspek yaitu kerentanan, ancaman, dan kapasitas. Berikut ialah uraian ketiga aspek tersebut.
Kerent nan merupakan keadaan manusia yang menyebabkan ketidakmampuan dalam merespon ancaman bencana (Setyowati,2019). Kerentanan terdiri dari kerentanan sosial, alam, dan ekonomi.Kerentanan sosial adalah kondisi kerapuhan sosial dalam merespon bencana,meliputi aspek angka kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, serta persentase penduduk usia tua dan anak-anak. Kerentanan alam didefinisikan sebagai sifat struktur fisik yang menentukan potensi kerusakan terhadap bencana untuk jenis material dan kualitas bangunan (Ebert et al., 2009). Selanjutnya, kerentanan ek nomi adalah kondisi kerapuhan ekonomi dalam meresponbencana yang terjadi, meliputi aspek angka persentase rumah tangga yang bekerja dari sektor rentan dan angka persentase rumah tangga dengan ekonomi yang rendah.
Gambar 4.2. Penduduk Usia Tua dan Anak-anak Adalah Kelompok Rentan
Sumber: metro.tempo.co/antara & lomboktoday.co.id (2018)
Lingkungan hidup adalah suatu ruang yang ditempati oleh makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup lainnya.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Agar ekosistem tersebut terjaga keberlanjutannya diperlukan etika lingkungan. Etika tersebut merupakan nilai-nilai keseimbangan dalam kehidupan manusia dalam interaksi terhadap lingkungan hidupnya yang terdiri atas aspek abiotik, biotik, dan budaya (Marfai, 2013).